Telur Fertil, Infertil, Konsumsi, Tetas. Apa Bedanya ?

Telur (9)_23102018161307
picture source : ews.kemendag.go.id

Rasanya sudah beberapa waktu tidak sharing seputar peternakan. Semoga kita semua dalam keadaan sehat dan pandemi covid-19 ini segera berlalu.

Beberapa waktu lalu, kita sempat dihebohkan oleh fenomena merajalelanya telur tetas alias hatching egg (HE) di pasaran. Hal ini tentu saja meresahkan para peternak layer karena oknum tersebut menjual hatching egg dengan harga miring sehingga merusak harga telur pada saat itu. Minimnya pengetahuan orang awam membuat masyarakat berbondong-bondong membeli telur ini tanpa mengetahui asal usul dan seluk beluknya. Kamudian, barulah ramai ulasan-ulasan mengenai bahaya mengkonsumsi hatching egg berikut aturan yang melarang peredarannya sebagai telur konsumsi. Beberapa artikel yang saya baca, ada beberapa istilah dan pemahaman yang perlu diluruskan. Semoga tidak terlambat menuliskan artikel ini, sebagai tambahan pengetahuan bersama.

Pandemi covid-19 ini menggeser beberapa tatanan kehidupan industri, tak terkecuali industri peternakan. Bagaimana tidak, pada awal pandemi diberlakukan berbagai pembatasan yang ternyata juga membatasi pergerakan pakan ternak yang menyulitkan peternak. Selain itu, di awal pandemi harga ayam pun sempat merosot. Kondisi ini memicu para peternak ayam pedaging menunda chick in (mengisi kandang). Fenomena ini menyebabkan tingginya jumlah DOC yang tidak terserap. Inilah awal mula merebaknya telur tetas atau telur fertil atau hatching egg di masyarakat. Karena DOC overload, telur tetas yang seharusnya ditetaskan dialih fungsikan dan muncul oknum yang memperjualbelikannya sebagai telur konsumsi.

Berikut saya mencoba membuat bagan mengenai telur fertil dan infertil untuk mempermudah penyampaian informasi.

TELUR

Telur dapat dibedakan menjadi 2. Telur fertil dan infertil. Lalu, Apakah telur fertil itu?

“Telur fertil adalah telur yang sudah dibuahi, telur ini dihasilkan dari proses persilangan/perkawinan. Biasanya, telur tetas ini dihasilkan oleh peternakan ayam pembibit (parent stock). Telur tetas akan diseleksi untuk ditetaskan menjadi DOC (final stock).”

Apakah telur tetas yang menjadi cikal bakal final stock (ayam pedaging/petelur) ini boleh diperjual-belikan sebagai telur konsumsi?

TIDAK. Hal ini sudah di atur baik di Undang-undang maupun di Permentan perihal larangan alih fungsi telur tetas menjadi telur konsumsi. Aturan ini tentu saja dibuat untuk kebaikan bersama. Kebaikan peternak layer, juga kebaikan masyarakat sebagai konsumer. Mengapa? Apa jadinya apabila tidak ada pelarangan? Setiap ada kelebihan stok, maka telur fertil atau telur tetas yang seharusnya ditetaskan ini akan dilempar ke pasar. Selain merusak harga, hal ini bisa menggerus eksistensi peternak layer (peternak ayam yang menghasilkan telur konsumsi). Lalu ketika stok normal dan telur tersebut tidak ada di pasaran, dengan kondisi tergeruskan peternak layer sangat mungkin terjadi ketidakseimbangan supply yang berpotensi menyebabkan kelangkaan dan naiknya harga telur konsumsi. Lagi-lagi, kita sebagai konsumer akan kesulitan dengan kondisi ini. Jadi, hal ini juga menyangkut sustainability.

Lalu sebetulnya, apakah mengkonsumsi telur tetas ini berbahaya?

(Mohon dipahami sampai akhir dan jangan dibaca setengahnya saja untuk menghindari kesalahpahaman)

Jawabannya tergantung kondisinya. Saya menjawab dari sisi keilmuan. Telur tetas yang langsung didistribusikan dari breeding farm dan tidak mengalami perlakuan pra penetasan, bisa dikatakan telur ini AMAN dikonsumsi. Ditinjau dari segi nutrisinya, sama dengan telur konsumsi. Mengapa aman? Karena telur ini belum mengalami pengeraman/proses penetasan. Posisinya, sama saja dengan kita mengkonsumsi telur ayam kampung. Kita memahami bahwa telur ayam kampung merupakan telur fertil yang sebelum diengkrami induknya sudah diambil untuk dijual/dikonsumsi. Jadi posisi telur ini di bagan di atas adalah telur fertil yang sengaja tidak ditetaskan.

Sedangkan telur tetas/HE yang sudah mengalami perlakuan pra penetasan seperti fumigasi atau penyimpanan di holding room, tentu saja tidak disarankan untuk dikonsumsi karena kerabang telur memiliki pori-pori. Dikhawatirkan terdapat residu kimia yang masuk atau telur tersebut sudah berkembang karena perlakuan pra penetasan.

Nah, inilah… sebab kita harus patuh peraturan. Selain merupakan kewajiban sebagai warga negara yang baik juga demi keamanan karena kita tidak mengetahui PASTI asal muasal telur tetas yang dijual oleh oknum. Apakah telur tersebut dari farm? Atau dari penetasan dan sudah mengalami perlakuan?

Selain itu banyak yang menyebut telur tetas ini sebagai telur infertil sehingga dijual. Sebagian orang menganggap telur-telur tersebut adalah telur yang tidak lolos seleksi dan dijual. Telur tetas aka telur hatching egg aka telur HE merupakan telur fertil. Dalam perjalanannya di proses penetasan, telur ini akan mengalami seleksi/grading, beberapa telur tidak lolos seleksi sehingga tidak dapat ditetaskan dan dimusnahkan. Di bab ini lah, sering kali istilahnya berubah menjadi telur infertil. Telur tetas atau fertil yang tidak lolos grading untuk ditetaskan disebut culling egg.

Lalu, apa yang disebut telur infertil?

“Telur infertil sendiri adalah telur yang tidak dapat ditetaskan karena dihasilkan dari ternak tanpa proses persilangan atau perkawinan. Contohnya adalah telur ayam konsumsi yang kita konsumsi sehari-hari aka telur ayam layer.”

Sebagai konsumer, hendaknya kita bijak dalam menanggapi fenomena ini. Memahami ilmu dan pengetahuannya, namun tetap berpegangan pada aturan yang berlaku. Belilah telur konsumsi yang legal untuk dibeli, selain demi keamanan pagan juga sustainability.

Konsumsi telur sebagai sumber protein terbukti melalui beberapa penelitian dapat menunjang sistem imun. Telur mengandung berbagai macam zat nutrisi seperti ovoalbumin, lutein, kholin, folat, riboflavin, selenium, dan berbagai zat nutrisi lain yang berperan sebagai antioksidan, antimikroba, juga immunomodulator. Mencegah penularan covid-19 yang paling efektif versi saya adalah penerapan pola hidup sehat untuk mendukung protokol new normal. Memperhatikan konsumsi dan asupan nutrisi tubuh agar tubuh tetap fit. Telur adalah alternatif pangan hewani dengan harga terjangkau yang dapat dijangkau oleh segala kalangan. Pastikan mendapatkan telur dengan kualitas baik, menyimpan dengan baik, dan mengoleh dengan benar agar mendapatkan manfaat yang maksimal.

Tujuan penulisan artikel singkat ini hanya sebagai penambah wawasan, apabila ada hal yang kurang tepat, saya terbuka untuk diluruskan demi ilmu yang bermanfaat. Semoga di tengah pandemi ini, kita selalu diberikan kesehatan.

Analisis Kuantitatif Sektor Basis Ternak Ruminansia di Kabupaten Kendal

Halo… long time no see… beberapa bulan terakhir ini saya cukup sibuk sehingga baru hari ini bisa mengupdate tulisan sedikit berbau ilmiah 😀 Semoga saja bisa dipahami ya… Kegunaan dari tulisan ini adalah apabila kita ingin mengetahui basis ternak tertentu di suatu daerah lokasinya tepatnya dimana. Contohnya… saya ingin mengetahui sektor basis sapi potong di Kabupaten Kendal itu ada di kecamatan mana saja… nah, kurang lebih kegunaannya paling sederhana adalah seperti itu. Ok, lets get started…

DSC02525
bonus foto saat kunjungan ke peternakan di DIY

Analisis Kuantitatif (LQ, LI, SI) yang akan saya ulas terkhusus untuk identifikasi Ternak Ruminansia di Wilayah Kabupaten Kendal – Jawa Tengah ya… ini contoh saja. Kendal is my hometown. Data yang saya gunakan adalah 5 tahun terakhir. Kendal dalam angka tahun 2019 (memuat data tahun 2018). Karena Kendal dalam angka tahun 2020 belum rilis 🙂

Saya akan mencoba mengulas mengenai kondisi peternakan ruminansia di Kab. Kendal melalui pendekatan kuantitatif dengan metode Location Quotient (LQ), Location Index (LI), dan Specialization Index (SI). Tiga analisis ini memungkinkan kita mengetahui pemusatan, penyebaran, dan kekhasan jenis ternak tertentu di suatu wilayah. Sehingga kita dapat memahami apabila terjadi pergeseran, ataupun mengetahui titik-titik pemusatan ternak/basis di suatu wilayah.

Peternakan merupakan sub sektor bidang pertanian yang memiliki peran besar di Indonesia. Hal ini dikarenakan produk-produk hasil peternakan berperan dalam pemenuhan pangan hewani masyarakat, khususnya untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat. Selain itu, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk maka jumlah bahan pangan yang dibutuhkan juga akan meningkat, termasuk diantaranya susu, daging, dan produk olahan dari ternak ruminansia yang lain.

Berbagai upaya dilakukan untuk mengoptimalkan hasil ternak terutama daging agar dapat menacapai kemandirian pangan dan berswasembada. Penggunaan analisis kuantitatif ini dilakukan sebagai salah satu pendekatan untuk mengidentifikasi keadaan dan status wilayah berkaitan dengan sektor peternakannya. Analisis kuantitatif dilakukan dengan mencari data mentah populasi ternak ruminansia di Kabupaten Kendal di tahun 2013 dan 2018. Jarak 5 tahun memungkinkan kita untuk mengidentifikasi apakah ada pergeseran yang terjadi dan bagaimana pola pergeserannya. Berikut adalah data populasi ternak Kabupaten Kendal yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kendal dan dirangkum serta dikonversi ke dalam Satuan Ternak (ST).

tabel 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui populasi sapi potong di Kabupaten Kendal menjadi kontributor terbesar populasi ternak ruminansia di Kabupaten Kendal. Sedangkan ternak yang paling sedikit jumlahnya adalah sapi perah. Kabupaten Kendal sendiri diketahui menjadi sentral pembibitan sapi Simmental yang dikembangkan sejak hibah pada masa orde baru. Kontributor terbesar kedua adalah ternak domba, diikuti kambing, dan kerbau. Aktivitas pemeliharaan kambing dan domba sebagian besar dilakukan oleh peternak rakyat yang dipelihara secara tradisional. Ternak kerbau selain masih dimanfaatkan sebagai pembajak di sawah juga dipelihara untuk dipotong dan kulitnya diolah menjadi krupuk kulit. Terdapat titik sentra pengolahan krupuk kulit di Kab. Kendal yaitu di Kec. Pegandon.

Data populasi ternak Kabupaten Kendal 5 tahun kemudian yaitu tahun 2018 disajikan pada Tabel 2.

tabel 2

figure 1

fig 2

Berdasarkan 2 diagram di atas, dapat kita ketahui secara garis besar bahwa terdapat pergeseran persentase jenis ternak yang dominan di wilayah Kab. Kendal. Selanjutnya, untuk mengetahui pergeserannya mari menyimak ulasan analisis kuantitatif ini.

Analisis Location Quotient (LQ)

Metode ini digunakan untuk menganalisis keadaan apakah suatu kegiatan/wilayah merupakan sektor basis (pusat) atau non basis khususnya dalam hal populasi ternak (Warpani, 1980). besarnya nilai LQ diperoleh dari persamaan berikut :

LQ

Kriterianya sebagai berikut :

  • LQ > 1 ; hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi suatu aktivitas usaha peternakan di subwilayah secara relatif dibandingkan dengan total wilayah atau terjadi pemusatan populasi ternak ruminansia di sub wilayah ke i. Pada keadaan ini suatu ternak di suatu daerah mempunyai peranan yang sangat penting.
  • LQ < 1 ; hal ini menunjukkan tidak terjadi konsentrasi/pemusatan populasi ternak di sub wilayah ke i.

Nilai LQ ternak ruminansia di Kabupaten Kendal tahun 2013 dan 2018 dapat dilihat pada tabel berikut.

tabel 3

Berdasarkan Tabel 3, diketahui kecamatan mana saja yang menjadi sektor basis (pemusatan) jenis ternak ruminansia tertentu di Kab. Kendal. Selain itu, kita dapat melihat pergeseran pemusatan dari tahun 2013 vs 2018 yang akan di bahas per satuan jenis ternak di bahasan berikut.

  • Sapi Potong

Berdasarkan Tabel 3, sapi potong di Kabupaten Kendal memusat dan mempunyai peranan penting di Kecamatan Plantungan, Sukorejo, Pageruyung, Patean, Limbangan, Rowosari, dan Patebon di tahun 2013. Pada tahun 2018 terjadi pergeseran pemusatan, pemusatan terjadi hanya di Kecamatan Plantungan, Sukorejo, Pageruyung, dan Patean. Pergeseran sektor basis dapat dilihat di tabel berikut.

tabel 4

Pergeseran sektor basis sapi potong terjadi di Kecamatan Limbangan, Rowosari, dan Patebon yang sebelumnya menjadi sektor basis kemudian tidak menjadi sektor basis 5 tahun kemudian (2018). Pergeseran ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor ekonomi, faktor sumber daya alam, faktor preferensi peternak yang berubah, faktor fenomena alam, dan lain sebagainya yang harus dibuktikan dengan penelitian lanjutan. Namun, diduga salah satu faktor penyebabnya adalah adanya Kawasan Industri Kendal (KIK) yang menyerap banyak tenaga kerja sehingga peternak dengan kepemilikan skala kecil memilih untuk menjadi buruh dengan penghasilan tetap. Sedangkan pergeseran di Kecamatan Rowosari dapat dipengaruhi oleh pergeseran iklim yang semakin panas ataupun faktor lain. Rowosari sendiri merupakan daerah dekat pantai yang memiliki cuaca panas dan ekstrem. Berbeda dengan kawasan Selokatan (Plantungan, Sukorejo, Pageruyung, dan Patean) yang merupakan daerah dataran tinggi di Kab. Kendal dan cenderung lebih sejuk. Adapun saat ini, di Selokatan sendiri menjadi sentra pembibitan sapi simmental oleh kelompok-kelompok ternak lokal yang dibina oleh Dinas Peternakan setempat. Kelompok ini terus diregenerasi agar tetap bertahan.

  • Sapi Perah

Berdasarkan Analisis LQ, diketahui ternak sapi perah di Kendal terpusat di Kaliwungu dan Boja dan tidak ada pergeseran pemusatan/sektor basis ternak perah pada jangka waktu 5 tahun. Hal ini dikarenakan Kaliwungu merupakan daerah pusat keramaian yang ada di Kabupaten Kendal dengan julukan kota santri. Kaliwungu subur akan berbagai outlet pusat perbelanjaan, dan juga kuliner. Peternakan sapi perah sendiri idealnya dekat dengan pusat keramaian dan kota. Selain itu, Kaliwungu Selatan dan Boja termasuk daerah dataran tinggi yang mempunyai iklim sejuk sehingga cocok untuk pemeliharaan sapi perah.

  • Kerbau

Ternak kerbau terpusat di beberapa kecamatan di Kab. Kendal dan mengalami pergeseran pemusatan sebagai sektor basis. Adapun pergeseran dapat dilihat di Tabel 5.

tabel 5

Kecamatan-kecamatan tersebut merupakan lumbung padi di Kab. Kendal. Pergeseran dan bertambahnya titik sektor basis ternak kerbau terjadi karena potensi ternak kerbau selain sebagai pembajak di sektor pertanian, juga digunakan untuk bahan baku makanan khas daerah. Kabupaten Kendal merupakan sentra penghasil krupuk kulit Kerbau asli, sehingga permintaan kulit Kerbau cukup tinggi sebagai bahan baku.

  • Kambing

Ternak kambing terpusat di beberapa kecamatan di Kab. Kendal dan mengalami pergeseran titik pemusatan/sektor basis. Adapun pergeserannya dirangkum pada tabel berikut.

tabel 6

Pergeseran yang terjadi adalah bertambahnya titik lokasi yang menjadi sektor basis ternak Kambing di kab. Kendal. Perkembangan ini didukung berbagai sebab, diantaranya permintaan daging kambing, meningkatnya gairah bisnis di sektor ternak kambing, perubahann preferensi, contohnya di daerah Patebon yang sebelumnya merupakan basis sapi potong 5 tahun yang lalu, kini berubah menjadi sektor basis ternak kambing. Ternak kambing merupakan ruminansia kecil yang diminati karena suburnya bisnis sate kambing dan aqiqah. Selain itu, pemeliharaan ternak kambing juga dinilai lebih mudah karena sebagian besar peternak masih memberikan rumput dengan tradisional (ngarit) dan tentunya jumlah pakan kambing lebih sedikit daripada sapi 🙂

  • Domba

Ternak domba terpusat di beberapa kecamatan di Kab. Kendal dan mengalami pergeseran pemusatan sebagai sektor basis. Adapun pergeseran dapat dilihat di Tabel 7.

tabel 7

Sektor basis ternak domba di Kab. Kendal mengalami penambahan dan pergeseran. Pergeseran ini kemungkinan disebabkan oleh faktor perubahan preferensi. Kecamatan Rowosari sebelumnya merupakan sektor basis ternak sapi potong, namun pada tahun 2018, Rowosari sudah tidak menjadi basis ternak sapi potong dan menjadi basis ternak domba, meskipun populasinya masih jauh dengan populasi domba yang ada di Kec. Sukorejo.

Analisis Localization Index (LI)

Localization Index merupakan salah satu index yang menggambarkan pemusatan relatif suatu aktivitas dibandingkan dengan kecenderungan total di dalam wilayah atau secara umum analisis ini digunakan untuk menentukan wilayah mana yang potensial untuk mengembangkan aktivitas tertentu. Persamaan Localization Index ini bisa dikatakan merupakan bagian dari persamaan LQ. Persamaan Localization Index adalah :

LI

Nilai LI digunakan untuk mengetahui derajat sebaran populasi ternak di suatu wilayah dengan kriteria sebagai berikut :

  • Jika LI mendekati 0 berarti aktivitas tersebut cenderung tersebar atau merata di beberapa lokasi atau mempunyai peluang tingkat perkembangan relatif indifferent atau sama di seluruh lokasi.
  • Jika LI mendekati 1 berarti aktivitas tersebut akan cenderung berkembang memusat atau terkonsentrasi di suatu lokasi, artinya aktivitas tersebut akan berkembang lebih baik jika dilakukan di lokasi-lokasi tertentu.

Nilai LI ternak ruminansia di Kabupaten Kendal tahun 2013 dan 2018 dapat dilihat pada tabel berikut.

tabel 8

Nilai LI di Kabupaten Kendal pada tahun 2013 dan 2018 cenderung sama dengan rata-rata nilai <1 yang artinya sebaran jenis ternak ruminansia di Kabupaten Kendal merata di seluruh Kecamatannya. Artinya, jenis ternak ruminansia baik sapi potong, kambing, domba, sapi perah, atau kerbau dapat tersebar relatif merata dengan tingkat peluag pengembangan yang sama. Hal ini terjadi karena beberapa Kecamatan di Kab. Kendal berdasarkan data LQ, menjadi basis sektor lebih dari 1 jenis ternak ruminansia.

Analisis Specilization Index (SI)

Indeks Spesialisasi (SI) digunakan untuk menggambarkan pembagian wilayah-wilayah berdasarkan aktivitas-aktivitas ekonomi dan terdapat suatu hal yang khusus. Nilai indeks spesialisasi menunjukkan derajat spesialisasi suatu wilayah terhadap suatu aktivitas ekonomi. Indikator ini dapat memberikan informasi terutama mengenai pola pemanfaatan sumberdaya yang tersedia di wilayah yang bersangkutan. Nilai SI ditentukan dengan rumus :

SI

Nilai SI menggambarkan kekhasan dengan kriteria :

  • Jika nilainya mendekati 0 berarti tidak ada kekhasan. Artinya sub wilayah yang diamati tidak memiliki aktivitas khas yang relatif menonjol perkembangannya dibandingkan sub wilayah lainnya.
  • Jika nilainya mendekati 1 berarti terdapat kekhasan. Artinya sub wilayah yang diamati memiliki aktivitas khas yang perkembangannya relatif lebih menonjol dibandingkan dengan subwilayah lainnya.

Nilai SI di Kabupaten Kendal selama 5 tahun terakhir disajikan pada tabel berikut.

tabel 9

Hasil analisis SI menunjukkan nilai mendekati 0, yang artinya tidak terdapat ke-khas-an di Kecamatan tertentu. Hal ini didukung hasil analisis LI yang menyatakan bahwa penyebaran jenis ternak relatif merata di setiap daerah.

Nah… dari ulasan di atas, kesimpulannya

  • Sapi potong, kerbau, kambing, dan domba di Kabupaten Kendal memusat dan mempunyai peranan penting di beberapa kecamatan dan mengalami pergeseran selama 5 tahun terakhir. Sedangkan ternak sapi perah tidak mengalami pergeseran titik basis sektor selama 5 tahun terakhir.
  • Penyebaran jenis ternak ruminansia di Kabupaten Kendal cenderung merata dan memiliki peluang pengembangan yang relatif sama.
  • Tidak terdapat ke-khas-an ternak tertentu di daerah Kab. Kendal karena memang di 1 kecamatan saja, bisa menjadi sektor basis lebih dari 1 jenis ternak ruminansia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran diantaranya faktor ekonomi, diantaranya pembangunan Kendal Industrial Park yang menyerap tenaga kerja sehingga terjadi peralihan profesi, trend permintaan, letak pasar hewan, perubahan preferensi dalam berternak (peternak sapi potong beralih ke kambing/domba dan sebaliknya), serta perubahan kondisi cuaca suatu daerah. Apabila ingin mengetahui secara akurat mengenai sebab pergeseran sektor basis ternak tertentu, tentunya perlu dilakukan penelitian lanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Kendal. 2014. Kabupaten Kendal dalam Angka 2014 (Kendal in Figure 2014). Kendal. Available from: kendalkab.bps.go.id

BPS Kabupaten Kendal. 2019. Kabupaten Kendal dalam Angka 2019 (Kendal Regency in Figures 2019). Kendal. Available from: kendalkab.bps.go.id


Saya sampaikan terima kasih bagi yang sudah menyimak sampai disini. Semoga ulasan panjang ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca. Saya terbuka apabila terdapat masukan atau koreksi terkait tulisan saya ataupun sumbangan ide, bisa disampaikan melalui email : melianasution@gmail.com

Sekian ulasan saya hari ini. Mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan. Selamat malam dan sampai jumpa di post selanjutnya ! 🙂

 

Intoleransi Laktosa (Lactose Intolerance) dan Peran Enzim Laktase pada Manusia

Minum-Susu-Sapi-Memicu-Kanker
Source : google image

Perkembangan zaman dan kemudahan akses melalui teknologi internet memang mendatangkan berbagai keuntungan dan mempermudah manusia dalam mengakses informasi. Namun, akses teknologi ternyata juga mengantarkan dan mempermudah informasi tidak valid diterima dan menjadi konsumsi masyarakat. Seperti halnya berita yang saat ini yang lumayan viral menjadi konsumsi publik, mengenai anjuran untuk menghindari susu sapi karena susu sapi mengandung laktosa. Dikatakan, tubuh manusia tidak memiliki enzim untuk mencerna laktosa tersebut. Nah, apakah informasi ini benar? Mari kita mengulasnya bersama mengenai intoleransi laktosa.

Laktosa merupakan disakarida yang disusun oleh glukosa dan galaktosa. Pada umumnya, laktosa dikenal sebagai gula susu karena karbohidrat ini ditemukan di dalam susu. Menurut Madry et al. (2010), laktosa (gula susu) adalah nutrisi utama dalam susu mamalia yang merupakan sumber karbohidrat utama selama periode neonatal. Laktosa disintesis oleh laktosa sintetase secara eksklusif di kelenjar susu hampir semua mamalia plasental (kecuali singa laut) selama kehamilan dan laktasi akhir. Nah, semua susu mengandung laktosa ya… bahkan pada ASI pun terkandung laktosa sebagai gula susu.

Memang benar bahwa laktosa tidak dapat diserap secara alami oleh tubuh. Namun, hal ini bukan berarti laktosa tidak dapat dicerna.

Dalam proses metabolisme gula, tubuh kita membutuhkan enzim untuk memecah laktosa menjadi dua partikel yang lebih kecil yaitu glukosa dan galaktosa. Molekul-molekul gula yang lebih kecil lebih mudah diserap oleh sel-sel di usus. Proses penyerapan laktosa di dalam tubuh (usus) terjadi dengan bantuan enzim laktase. Enzim laktase dihasilkan oleh sel-sel dinding usus halus (enterosit). Laktase marupakan protein yang bertindak sebagai enzim yang membantu mempercepat proses biologis tubuh. Tanpa laktase, laktosa tetap dalam saluran pencernaan dan tidak dapat digunakan oleh tubuh serta menyebabkan gangguan metabolisme tertentu.

Jadi sudah clear ya… pada manusia normal, tentu saja laktosa dapat diserap karena manusia juga menghasilkan enzim laktase di dalam tubuhnya 🙂

Lalu, apakah ada manusia yang tidak dapat atau kesulitan mencerna laktosa? ada… Beberapa orang tidak dapat menghasilkan cukup laktase untuk memenuhi kebutuhan tubuh mereka bahkan ada pula yang sama sekali tidak dapat memproduksi enzim laktase. Pasien-pasien ini dikatakan menderita defisiensi laktase dan intoleransi laktosa.

Defisiensi laktase adalah kondisi dimana tubuh kita kekurangan enzim laktase. Hal ini dapat disebabkan sebagai akibat sekunder dari penderita diare. Kekurangan laktase menyebabkan tubuh kita tidak dapat mencerna dan menyerap semua laktosa (bisa dari susu, dari keju atau sumber lainnya) yang masuk ke dalam tubuh.

Intoleransi laktosa (lactose Intolerance) adalah kondisi dimana seseorang memiliki permasalahan kegagalan pembentukan enzim laktase. Gen yang bertanggung jawab untuk mengatur produksi laktase disebut gen LCT dan terletak pada kromosom. Kerusakan gen ini dapat menyebabkan produksi laktase tidak tepat atau tidak berfungsi. 

Gejala defisiensi laktase terlihat setelah 30 menit sampai 2 jam setelah minum susu atau produk susu lainnya. Gejala termasuk kram perut, perut kembung, mual dan diare. Dosis yang lebih besar dari produk susu sering menimbulkan gejala yang lebih parah. Kelahiran prematur, operasi usus, penyakit usus dan infeksi usus merupakan faktor-faktor risiko yang mungkin terjadinya intoleransi laktosa.

Yohmi et al. (2001) menyatakan defisiensi laktase dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu defisiensi laktase primer dan defisiensi laktase sekunder. Terdapat 3 bentuk defisiensi laktase primer, yaitu :

  1. Developmental lactase deficiency, terdapat pada bayi prematur dengan usia kehamilan 26-32 minggu. Kelainan ini terjadi karena aktivitas laktase belum optimal.
  2. Congenital lactase deficiency, kelainan dasarnya adalah tidak terdapatnya enzim laktase pada brush border epitel usus halus. Kelainan ini jarang ditemukan dan menetap seumur hidup.
  3. Genetical lactase deficiency, kelainan ini timbul secara perlahan-lahan sejak anak berusia 2-5 tahun hingga dewasa. Kelainan ini umumnya terjadi pada ras yang tidak mengkonsumsi susu secara rutin dan diturunkan secara autosomal resesif.

Defisiensi laktase sekunder terjadi akibat faktor lain, yaitu konsumsi obat dan penyakit tertentu. Contohnya penyakit gastrointestinal yang menyebabkan kerusakan mukosa usus halus, seperti infeksi saluran cerna, malnutrisi dan lain-lainnya. Gangguan ini umumnya bersifat sementara dan aktivitas laktase akan normal kembali setelah penyakit tersebut sembuh (Boediarto, 2000).

Penanganan yang tepat untuk penderita defisiensi dan intoleransi laktosa yang tepat perlu dilakukan untuk meminimalisasi akibat yang ditimbulkan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah dengan konsumsi enzim laktase secara oral maupun suntik. Hal ini dilakukan, karena susu merupakan sumber kalsium yang tinggi dan baik untuk dikonsumsi. Selain itu, pada insiden diare anak-anak juga disarankan untuk mengkonsumsi susu yang rendah laktosa atau bebas laktosa sehingga recovery vili usus lebih cepat dan nutrisi tubuh tetap terpenuhi. Mengapa demikian? Simak diagram berikut.

diare intoleransi laktosa

Penjelasannya begini, ketika kita mengalami diare, terutama anak-anak, salah satu penyebab diare adalah infeksi rotavirus yang menyebabkan kerusakan mukosa, penumpulan dan pemendekan vili serta kematian sel sehingga sekresi enzim disakaridase (terutama laktase) berkurang. Laktosa yang tidak terserap karena penurunan enzim laktase merupakan bahan osmotik aktif yang menyebabkan diare osmotik yang menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit seperti natrium, kalium, dan klorida. Selain itu, laktosa akan difermentasi bakteri sehingga menghasilkan asam laktat dan gas. Pada keadaan tersebut, anak harus mendapatkan nutrisi untuk memenuhi kebutuhannya. Pemberian formula bebas laktosa dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anak, beberapa susu bebas laktosa juga mengandung zinc dan nukleotida untuk menunjang regenerasi sel-sel vili usus lebih cepat sehingga laktase kembali diproduksi.

Penelitian yang dilakukan oleh Simakachorn et al. (2004) di Thailand menyebutkan bahwa susu formula bebas laktosa memberikan hasil yang lebih baik dalam pengelolaan diet diare akut dibandingkan dengan susu formula yang mengandung laktosa. Xu JH and Huang Y (2002) di China menjelaskan bahwa formula bebas laktosa dapat memperpendek durasi sakit dan meningkatkan hasil terapi pada bayi dengan diare akut. Penelitian-penelitian mengenai susu bebas laktosa sudah banyak dilakukan di Indonesia.

penelitian laktosa
Source : Aminah, 2012

Selain itu, penggunaan susu fermentasi (yogurt) yang berasal dari fermentasi bakteri Lactobacillus bulgarius dan Streptococcus thermophilus yang mengandung enzim b-galaktosidase sangat bermanfaat bagi penderita intoleransi laktosa (Donan et al., 1998).  Sedangkan penggunaan probiotik yang mengandung Lactobacillus acidophilus dan bifidobacteriae menghasilkan aktivitas laktase 4 kali lebih tinggi dibanding dengan yogurt (Vessa et al., 1996). Nah… jadi bagi teman-teman yang mengalami intoleransi laktosa, tidak perlu khawatir untuk mengkonsumsi yoghurt, sekalipun yoghurt merupakan produk turunan susu. Selayang pandang, di beberapa negara juga tersedua Susu Laktosa-terhidrolisis (LH) yang merupakan salah satu pilihan bagi penderita intoleransi laktosa. LH diproduksi dengan menghidrolisis laktosa dalam susu menjadi glukosa dan  galaktosa dengan bantuan enzim laktase. Kalau di Indonesia ada tidak ya?

Nah, dari ulasan ini dapat kita tarik kesimpulan, bahwa mengkonsumsi susu sapi yang mengandung laktosa tidak berbahaya. Meskipun beberapa orang mengalami intoleransi laktosa dan defisiensi laktase, bukan berarti kita dapat mengeneralisir manusia tidak dapat mencerna laktosa sehingga harus menghindari susu sapi. Susu sapi sehat dikonsumsi sebagai pemenuh nutrien untuk tubuh selama konsumsinya tidak berlebihan. Semoga kita semua semakin bijak dalam menghadapi sebuah informasi, sebelum menyebarluaskannya, pastikan informasi tersebut terbukti secara ilmiah.

Melia Nasution, S.Pt., M.Pt.


Daftar Pustaka

Aminah, S. (2012). Pengaruh Susu bebas Laktosa terhadap Masa Perawatan Pasien Anak dengan Diare Akut Dehidrasi Tidak Berat. Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah Universitas Diponegoro, pp. 1–87.

Boediarso A. Sakit perut berulang. Dalam: Muhyi R, Abumanyu, Soefyani. 2000/ Naskah Lengkap Simposium Nasional Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia. Banjarmasin.. h. 59-70.

Donan CG, Chabanet C, Pedone Ch. 1998. Milk-fermented with yogurt cultures and Lactobacillus casei compared with yogurt and gelled milk: influence on intestinal microflora in healthy infants. Am J Clin Nutr; 67: 111-7.

Madry, E., Fidler, E., & Walkowiak, J. (2010). Lactose Intolerance – Current State of Knowledge. Acta Sci. Pol., Technol. Aliment., 9(3), 343–350.

Simakachorn N, Tongpenyai Y, Tongtan O, Varavithya W. Randomized, double-blind clinical trial of a lactose-free and a lactose-containing in dietary management of acute childhood diarrhea. 2004. Int J Med Assoc Thai. 87(6):641-9.

Vessa TH, Marteau Ph, Zidi S, Rambaud JC. 1996. Digestion and tolerance of lactose from yogurt and different semisolid fermented dairy products containing Lactobacillus acidophilus and bifidobacteria in lactose maldigester- Is bacterial lactase important? Eur J Clin Nutr ; 50: 730-3.

Yohmi, E., Boediarso, A. D., Hegar, B., Dwipurwantoro, P. G., & Firmansyah, A. (2001). Intoleransi Laktosa pada Anak dengan Nyeri Perut Berulang. Sari Pediatri, 2(4), 198–204.


Note:

Tulisan ini merupakan media belajar dan berbagi ilmu. Saya sangat terbuka apabila ada tambahan atau koreksi apabila ada informasi yang kurang tepat. Terima kasih.