Hi dude… listen to me…
“If someone broke your heart, it isn’t mean you can broke others heart to revenge your pain.”
Seseorang merasa ia menyakiti perempuan karena ia tak lagi memiliki rasa akibat pernah disakiti perempuan. Ia terus mengenang deritanya yang membuat hatinya sakit dan membenarkan sikapnya yang menyakiti perempuan lain. Benarkah hal tersebut ?
Ketika seseorang menyakiti hatimu, itu tidak menjadikanmu berhak untuk melukai hati orang lain dengan alasan kamu sedang terluka.
Seseorang yang dewasa tidak akan melakukannya. Dirimu yang sakit itu.. berikanlah waktu. Biarkan semesta yang mengeringkan lukanya. Tetapi keputusanmu, bersenang-senang dan menyakiti perempuan lain takkan pernah benar di mata semesta. Jika kamu ingin membalas, maka balaslah pada siapa pesakitan itu diberikan.
Bagiku, merasa baik-baik saja, baik-baik saja untuk kembali membahas untuk mengambil pelajaran di masa lalu merupakan salah satu pertanda bahwa kita telah menerima. Menerima luka yang mungkin pernah dirasakan di masa sebelumnya. Namun, jika kamu masih kerap berlari… tak ingin membahasnya, merasa tidak nyaman mendengarnya… mungkin kamu harus bertanya apda dirimu sekali lagi, apakah kamu baik-baik saja?
Memulai sesuatu yang baru akan lebih baik ketika kita berada di titik 0. Tidak kurang, dan tidak lebih. Tanpa interverensi masa lalu, ataupun tuntutan masa depan yang pincang dari 1 pihak. Kebersamaan adalah sebuah kesepakatan dari 2 orang yang berada di titik 0, merasa memiliki visi yang sama, dan bersama menyusun cara dan langkah untuk mewujudkan cita-cita bersama. Jadi, jika kamu merasa sakit masa lalumu masih harus dikenang… maka kenanglah sepuasmu sebelum memulai yang baru.
Menjadikan pesakitan masa lalu sebagai pembenaran sikap kita menyakiti orang lain adalah tindakan pengecut.
Memastikan seseorang ada di titik 0 merupakan hal yang penting karena awal akan selalu mempengaruhi akhir. Mengawali sesuatu dengan hal baik adalah ikhtiar untuk mendapatkan akhir yang baik pula.
Untukmu yang sakit hatinya, tak perlu merasa merana atau merasa bahwa dunia sekejap akan sirna.
Kamu hanya perlu menerimanya…
Menerima…
Lalu melaluinya.
We can’t hurry up love…
Biarkan hatimu, jiwamu… menerima dan menyembuhkan lara.
Jangan memaksanya! Atau berusaha menikmati kelembutan dari orang lain hingga kau berakhir menyakitinya.
Pesakitanmu… tak dapat kau jadikan alasan yang benar saat kamu menyakiti orang lain.
Jika kamu seseorang yang tangguh, kamu akan mengakuinya jika kamu membutuhkan waktu.
Hingga saat titik 0 mendatangimu.