When I heard.. about her in your life.

3 Maret 2014 pukul 00.25 WIB

Image

 

Selamat pagi meski mentari belum menari.

Malam masih menggulita ria meski mereka menyebut ini sudah pagi.

Filosofi dan idealisme itu terbeli kini.

Tak ada lagi benang kusut anak realita yang meraut kalut.

Tak ada lagi tebak jenaka pelipur lara impian keadaan untuk berlanjut.

Tiada bimbang yang patut terucap dan dikelukan.

Keingintahuan yang begitu tajam membidik tepat sasaran.

Tiada lagi cerita yang mana dan mengapa yang harus ulang ditanyakan.

Sebab kebenaran atas kenyataan kini meraup muncul di permukaan.

Kartini tak mengemansipasikan wanita untuk berputus asa.

Genderisasi dihapuskan sebagai dawai kita berhak berusaha. Lalu dimana alasannya ? Tak ada.

Puisi ini bertuju pada satu kepala namun tak membawa gerangan apa-apa. Tak apa.

Jelia belia menyelinap masuk dalam malamnya.

Ucap menyerua dengan entengnya menyebut sebuah nama.

Tak sesekali tapi merajuk gaduh dalam gempita.

Begitu jelas sang nama sejelas realita yang kini terbuka.

Tak apa kau pinjam sebuah nama tanpa kau sadari tuannya.

Tak apa beberapa cerita mengalir seperti elegi dalam lingkar tanya.

Pseusea

Laga belum sempat menewaskan rasa dan serta.

Kita memang tempat terbuai manisnya bahasa.

Kejujuran tak pernah ingkar pada waktunya.

Waktu tak pernah ingkar pada perjalanannya.

Selesai sudah perjalanan yang tak pernah menemukan permulaan.

Tiada sesal pernah menambat rasa haluan. Menghambur lalu.

Meringkas penat dalam pilu.

Tak salah aku sempat merindumu.

Perkara hakim dunia ini yang lebih tahu.

Siapa yang lebih membutuhkanmu.

Ilalang akan tetap tumbuh menjulang.

Kepakan sayap akan mengantar terbang.

Lupakan benih yang hanya berakhir sebagai bayang.

Terbungkus rapat ditali realita nyata.

Disinari petang perangkai bianglala.

Ku patri duka dalam canda.

 

Hai kau disana, semoga berbahagia 🙂 Dedicated to you there 10th alphabeth in century. The nicest in this goddamn universe… A lovely born in wet eye… Seni seviyorum, seni seviyorum… 

Marhaban Ya Ramadhan

marhaban ya ramadhan.
alhamdulillah untuk limpahan rahmat memenangkan ramadhan kembali.
doa terlantun untuk menyongsong hari kemenangan kembali.

sejatinya, dalam kebahagiaan yang basah ini juga terlantun kesedihan yang dalam terasakan.

dear mas eros terkasih (3 okt 1987 – 3 jan 2013)

ramadhan ini adalah ramadhan ke dua untukmu disana.
aku tahu kau pasti lebih berbahagia di sisi Tuhan yang begitu mengasihi dan menyayangimu.
dalam doa dan kasih, hanya kedamaian yang aku rasa ketika mengenang bagaimana caramu mengasihiku dulu.
terima kasih untuk kesetiaan dan ketulusan sampai tutup usia.
darimu aku belajar mengenai kesetiaan, darimu aku belajar menghargai pemberian Tuhan.
sekalipun segala kesalahanku harus dibayar dengan kehilanganmu selama lamanya.
kau tak lagi mengunjungiku seperti hari hari pertama kepergianmu, kini kau hanya hidup dalam kenanganku.
ada sakit ketika mereka berkata mengasihiku mas, sejatinya mereka hanya memanfaatkanku.
ada sakit puka ketika kasih tulus yang ku tawarkan diacuhkan oleh seseorang. ya, dunia. kita tetap hidup, selagi kita masih bisa merasakannya.

padamu, sepuluh.

terkadang kita yang melemah akan dikuatkan oleh kebiasaan.
terkadang rasa sakit yang dirasakan memudar karena keseringan.
semuanya menjadi hal biasa ketika dilakukan berulang ulang.
begitukah cara wanita bertahan?
mencintai adalah alasan pasti mengapa kita merasa dilukai.
menanti adalah sebab pasti mengapa kita dilukai.
apa daya toh beberapa orang memang sengaja bertahan dalam lukanya sendiri.
peduli apa jika beberapa orangpun sengaja tak beranjak dari ingatan kelunya.
bertahan dalam kubangan lara hati.
membabi buta menganggap semua orang sama.

mas, sakit gara gara wanita itu ya obatnya wanita. mbak, sakit gara gara laki itu ya obatnya laki.

beberapa orang tua menuturkan yang demikian.
entahlah.
harus bagaimana lagi tangan ini memukul meruntuhkan jeruji besi yang kau ciptakan.
haruskah aku menjadi lidah neraka hanya untuk mencairkan hati yang membeku.
jika tak kau berikan alasan mengapa kita harus terbuka untuk mencoba sama sama menyembuhkan luka di dalam dada,
lalu berikan alasan untuk pergi tanpa berharap apa apa.
jangankan aku, sejatinya aku tak pernah buta pada beberapa wanita yang tak lelah menerjang masuk kesana.
aku hanya satu dari sekian yang berserakan.
hanya saja, aku belum mendapatkan alasannya.
harus menatanya, atau mengemasinya.

Wanita

wanita, apa yang terbesit padanya?
terkadang mereka dalam posisi kuat namun tak jarang melemah.
kendati demikian, seorang wanita yang terselubungi kekecewaan kadang tak kehabisan harap kepada orang terkasihnya.
meskipun segala harapannya hanyalah balon halusinasi yang akan pecah seketika.
seorang wanita adalah dia yang mengucap kuat tak akan memaafkan tetapi hati lembutnya tak kuasa melupakan.
seoarang wanita ialah yang mencintai tanpa ingin disakiti.
tanpa memojokkan pria manapun di dunia ini.
saya seorang wanita yang terbunuh harapan saya sendiri.
dahulu saya mempergunakan hati untuk memilikinya tanpa menggunakan logika.
wanita mana yang ingin diperjuangkan seadaanya.
sedangkan burungpun akan rela mati demi memberi makan anaknya.
sepahit apapun kopi yang terteguk sampai tenggorokan,
sesakit apapun lambung menerimanya.
tak ada hal yang tak berlalu.
keberlaluanmu hanyalah 1 dari beribu kuasa Tuhan yang ditunjukkan padaku.
sendiri adalah pilihan terbaik dan terlayak saat ini.
ketika hati kian sungsang untuk mempercayai.
dan ketika raga masih letih untuk berlari.

Dear… dearest love, my future endless love…

Dear : jodohku, dimanapun kamu berada, aku selalu mengharapkan kita bertemu, dan apabila kita sudah bertemu, maka aku berharap kau segera menyadari keberadaanku.


Image

Surat kecil ini… yang tertulis hanya dengan batin keinginan penerimanya, tanpa mengerti siapa sejatinya tubuh yang belum melengkapi rusuknya. Dear you, my dearest endless love.


 

“Sayang, kebahagiaan-kebahagiaan yang dilewati pada masa penjajakan setelah kita bertemu nanti, harus kita siapkan menjadi bukan lagi kebahagiaan primer yang akan menjadi alasan mengapa kita bersama dan harus bertahan dalam sebuah rumah tangga. Begitu banyak wanita di luar sana yang lebih cantik jelita dan kapan saja mengintai masuk menjadi implant dalam tubuh kebersamaan kita, oleh sebab itu aku berjanji akan menjadi seseorang yang berusaha keras untuk layak selalu kau pandang dalam sedih dan senang, menjadi seseorang yang layak kau datangi dalam keadaan gelisah dan riang. Aku akan mencari alasan mengapa kau pantas bersetia dan menjaga iman seumur hidupmu kepadaku kelak. Wanita cantik tak lagi cukup untuk kehidupan keras sekarang ini, wanita yang hanya bisa menyenangkanmupun mungkin hanya cukup untuk kebersamaan sebelum tali pernikahan. Aku berani mengatakan ini dengan percaya diri karena aku melakukannya dengan sepenuh hati dan berharap suatu saat akan berarti. Mereka mengatakan aku, tulang rusukmu yang masih sendiri disini kerap sekali menghabiskan waktu tak perlu untuk beberapa dedikasi tugas yang tak dibayar materi. Aku menanggapi cemoohan dari para kaum tak mampu itu hanya dengan senyuman, sejatinya mereka hanya melihat kelelahanku karena mereka memandang hal itu sebagai hal tak bermanfaat yang berat, tak lain karena mereka tak mampu melakukan seperti apa yang aku perjuangkan. Akulah tuannya, milikku segala apa yang sudah kulakukan sejak dahulu dan sekarang. Aku pula yang menyemai segala benih yang ku tanam. Aku belajar menjadi wanita yang lebih cerdas dan cerdas mulai dari sekarang dan untuk selamanya. Bagaimana tidak ? aku menginginkanmu yang ada di sisiku kelak adalak lelaki dengan penuh mimpi dan dedikasi tinggi untuk berlari mewujudkannya untukmu dan untukku nanti, aku menginginkanmu yang ada di sisiku kelak adalah lelaki berani penuh tanggung jawab menjalani kehidupan singkat tempat kita berpijak. Aku menginginkanmu lelaki lembut dengan tanggung jawab yang lekat pada aku dan anak-anak kita yang akan selalu bertahan dan mengharap dekap hangat. Bagaimana bisa aku begitu bermimpi mendapatkan lelaki yang demikian sedangkan aku hanya wanita dari keluarga biasa saja dengan segala keterbatasannya? Sebab itulah aku akan mencari jalan dengan peluh keringatku sendiri untuk melayakkan diriku agar bisa bertemu dengan orang sepertimu. Orang tuaku tak melimpahi aku dengan materi, tetapi aku akan mengajarimu bagaimana caranya bersyukur tentang apa yang sudah orang tuaku berikan hingga aku menulis sepucuk catatan untukmu yang terkasih. Aku akan menjadi seseorang yang tetap menjadikanmu nyaman untuk berlari kepadaku ketika kau rindu maupun kau kelu. Aku belajar mengorganisir permasalahan dan memecahkan masalahnya semata-mata agar kelak ketika kau gundah dalam mengambil keputusan aku bisa menjadi tangan yang membawamu berdiri dan memberikan sebuah pertimbangan logis atas segala permasalahan yang kau hadapi. Sayang, aku membanting tubuhku agar aku menjadi sekuat baja. Hanya agar ketika kau lalai akanku, aku akan setegar batu dan menunggu kepulanganmu dengan pikiran yang beku akan kebaikan dan segala keindahan yang memungkinkan. Sayang, kelak jika kau sudah melihatku, jangan lihat aku dari sisi paras saja, lihatlah aku dan sikap serta kecerdasan yang berusaha kulayakkan untuk mengurus dan membahagiakanmu dan anak-anak kita di suatu saat nanti. Karena kecantikan saja hanya akan membawamu berlari kepadaku untuk beberapa tahun. Tetapi kecerdasan, akan membawamu untuk selalu membutuhkanku ketika kau butuh pertimbangan akan segala hiasan kehidupan. Karena kau tahu, hidup akan selalu bersahabat dengan masalah. Aku akan selalu berdamai dengan permasalahan di kehidupanmu. Melatih kesabaranku, melatih segalanya untuk mempersiapkan pertemuan kita yang indah di ujung sana nanti. Sayang, bukankah kau adalah orang itu nantinya? Seseorang yang akan mempercayaiku lebih daripada rumor para penjilat dan fakir kebenaran yang berkeliaran. Sayang, kaulah cermin dari diriku. Kau akan selalu mempertahankanku sekuat aku mempertahankanmu, dan tentu saja usahamu untuk melayakkan dirimupun akan sebanding dengan usahaku. Kita takkan menjadi makhluk yang saling menghitung pengorbanan kita karena kita tahu kita sama kerasnya berjuang dan berkorban, ah indahnya. Sayang, apa kau tahu mengapa wanita harus dimuliakan ? karena sesungguhnya akulah yang akan mengatur kemana bahtera kita akan berlayar dengan kau yang menjadi nahkodanya, akulah sebuah penghapus ketika pena salah menulis, akulah penghapus yang terkikis kelak demi tulisan indah yang penuh kebenaran, akulah yang akan memperjuangkan nyawaku untuk memberikan kehidupan kepada malakaikat kecil kita, dan di tangankulah mereka akan tumbuh, akulah yang akan mengajaran pendidikan pertama dan bagaimana kehidupan di dunia ini, akulah yang mengetahui dan harus aku yang memahami tentangmu dan tentang mereka. Pendidikan menjadi begitu penting bagiku tak hanya karena aku ingin memiliki karir dan materi sebagai pelengkap dunia. Tetapi lebihnya, aku ingin menjadi seseorang yang mampu membahagiakanmu, mengantar anak-anak kita kepada gerbang dunia yang baik dan benar dengan kedua tangan yang akan selalu meraih dan menengadah meminta kepada Yang Kuasa.”


Mungkin hanya demikian surat terkasihku untukmu yang masih disimpan oleh Tuhan. sampai waktu yang pantas untuk kita bertemu nanti, aku tahu kita akan bersatu dan menjadi rumah untuk satu sama lain. tempat kita berteduh, entah dalam panas atau dalam terik. sangat berharap kita segera bertemu dan berbahagia dengan jalanNya. tetap berjuang ya sayang… jangan menyerah. seperti aku yang berjuang disini.

Beberapa orang dengan kebaikannya.

Beberapa orang sekarang ini sulit dipetakan kegiatannya.

Apakah ia sedang menyamankan diri mengenakan topengnya?

Atau malah ia tengah gerah dan melepas topeng yang selama ini dikenakannya?

Tak aku saja yang merasa sedikit dipermainkan dengan betapa nodanya sebuah pertemanan.

Hanya karena siapa lebih cerdik menyalahkan siapa.

Beberapa orang melihat dari permukaan seekor ikan yang besar tanpa memperhitungkan air sebagai pembiasnya.

Beberapa orang membabi buta menyalahkan tanpa benar-benar ingin melihat kebenarannya.

Ada apa dengan kebenaran di kepala anak-anak adam itu?

Mereka berasumsi kebenaran adalah pengakuan terbanyak, bukti terbanyak.

Sementara pengakuan dan bukti bisa dibuat sesuai kepentingan kita,

Hal itu juga berlaku dengan kebenaran yang bisa kita buat sesuai kepentingan kita.

Ah, peduli apa aku dengan para kuli kebenaran?

Aku lebih suka menonton dan menyaksikan para kuli-kuli itu berbondong memutar balikan keadaan dan susah payah membuat kebenaran sesuai versinya.

Aku tak suka berdebat kusir tentang siapa yang bersalah, kebenaran hanya 1. Kebenaran palsu ulah kalian akan lenyap seiringnya waktu.

Aku juga hanya bisa tersenyum sinis, dengan orang-orang yang melakukan kebaikan bukan merubah sikap untuk mampu melakukan hal yang disebut kebaikan.

Tak ubahnya seseorang yang mengharapkan imbalan atas apa yang ia lakukan, atau malah orang yang tak tahu diri sudah diberikan pertolongan ?

Sebenarnya sub bahasan demikian tak begitu pantas diperdendangkan karena semua orang mengharapkan suatu balasan untuk sebuah perlakuan, dan juga semua orang pernah menjadi tak tahu diri setelah diberikan pertolongan.

Tetapi esensinya adalah pada kata sadar dan sengaja.

Beberapa orang dengan indivdualisme tinggi akan pandai mengungkit mengenai pengorbanan dan apa yang telah ia lakukan, bahkan ia akan meminya balasan bak debt collector yang mengira kebaikannya adalah sebuah pinjaman.

Beberapa orang dengan luruhnya hanya terdiam meratapi seseorang yang tak tahu diri karena dengan ‘sengaja’ memanfaatkan pertolongannya. Menjadikan budaknya dalam tabir hal yang sebaik-baiknya.

Oh ada apa dengan regulasi tolol yang mulai menggantikan paradigma suci pertemanan kami?

Aku pun tak mengerti dan buntu dengan semua ini.

Ketika menolong dan ditolong terjadi tanpa satu belah pihak membiarkan tangan kiri berbicara, sejatinya tidak ada noda yang mulai tertuang.

Tapi ketika 1 titik noda telah tertuang, maka yang lainnya akan berbondong-bondong mengungkit kebaikan mereka dan mengisi noda-noda yang lainnya.

Sehingga yang mereka sebut kebaikan menjadi barang yang bisa dibeli, dipinjam, dihutangkan. Seperti nistanya uang duniawi saja.

Kebaikan…

Oh laramu ku tampung dalam lumbung kepedihan…

Kebaikan…

Oh pesakitanmu kurasa hingga meresap dalam belulang.

Jika waktu tak kejab merubah sekejab. Perkara mana yang harus aku dahulukan? Membutuhkannya selama 2 tahun berturut-turut pun masih menjadi teka teki yang aku simak sampai aku muak dengan sendirinya.

munculnya ini. aslinya gedung P. krik banget pake baju ala SPG menembus car free day daaaannn panik nyari ruangan. akhirnya ketemu juga 😓😍 – at Fakultas Hukum Undip Gedung A

See on Path