Sedikit tentang kesetiaan.

Image

Aku hidup bersamanya. Bertahun-tahun lamanya. Beberapa gambar yang tergeletak di meja kerjaku bukanlah balasan yang pantas dari kehidupan tulus yang ku persembahkan selama ini. Tetapi membencinya kini pun tidak lagi menjadi sesuatu yang berguna. Cinta ini terus membayang dan mengejar, menaliku dalam sebuah sangkar yang sulit untuk ku lepaskan. Ingin sekali ikut berlalu lalang pada kehidupan yang terus berputar, namun kenangan ini begitu lekat berpendar. Kebencianku terlambat membunuh cinta yang berkobar di dalam kehidupan ini. Andai saja detik ini tidak menjadi detik ini. Andai pula takdir tidak bergulir seperti ini. Apalah arti hidup ini aku hanya bisa berandai-andai saja. Kenyataan telah membeku kini dan kebencianku tak sempat tumbuh membunuh cinta yang ku bangun sebelumnya. Penghianatannya padaku ia bayar seutuhnya dengan nyawa. Hari itu langit seperti runtuh menimpa diriku. Beberapa lembar gambar bercerita tentang kesetiaanku yang dirobek oleh kebahagiaan lain hidupnya. Tak sempat rasa kecewa itu memubuncah menjadi kebencian yang utuh, akupun harus kehilangannya selamanya… seseorang yang menemani tidurku menahun… yang ku kira juga mengabdikan hidupku hanya untukku dan malaikat kecil kami. ia pergi selamanya, dan kepergiannya terasa begitu hina karena bersama dengan kebahagiaan lain di hidupnya. Sementara aku disini, hanya berdiri kaku menangis tanpa tahu, bagaian mana yang harus aku tangisi terlebih dahulu. Diriku, dirinya, atau kepergiannya. Aku hanya mengingat, saat itu aku berlari dan menyambar Clarisse, menggendongnya menuju rumah sakit. Kami hanya melihat seseorang yang kami kasihi terbujur kaku. Apa yang terjadi dalam diriku ini. Aku belum sempat menanyakan padanya, aku belum sempat menumpahkan kemarahan dan kekecewaan atas penghianatan yang ia torehkan dalam kesucian ikatan kami. Tetapi ia memadamkan kebencian dengan pergi selamanya meninggalkan kami. Meninggalkan aku yang tak tahu harus kemana membawa arah perasaan marah dan sedihku. Suamiku, ia tetap menjadi suamiku. Aku bersetia padanya yang berdusta dulu. Maut telah datang tanpa diundang, mendahului kebencian yang belum sempat tumbuh dalam dada,

oh tenang, ndakpapa. aku rapopo dan aku wes biyasa. pointnya itu sadar engga sadar aku uda ada dipikiran kamu kok. cuman sekarang belum jadi prioritas untuk dipikirkan. nunggu waktu aja, semua ada momennya. sabar dan berdoa aja. masih punya Tuhan kan ?

View on Path