Tentang Waktu dan Kenangan

images (17)

Belum sempat menulis mengenai kenangan manis saat training MDT Nestle batch 3 saat lalu, ada hal yang ku temui dan ku rasa akan lebih penting yang harus ku mengerti dan ku pahami seutuhnya. Ya, tak sekedar sebagian darinya tetapi memang harus seluruhnya, semuanya. Kehidupan setelah itu, bisa jadi merupakan salah satu kehidupan yang sangat ditunggu dulu. Kita memang selalu begitu, selalu ingin mempercepat waktu atau memperlambat waktu. Ya, karena kita ini adalah manusia.

Kala itu aku ingin sekali berada di masa ini, sampai aku ingin mempercepat waktu, ya kala itu aku seperti ingin berlari pergi bahkan aku tak menikmati apa yang seharusnya perlahan ku nikmati… masa-masa setelah sekolah, yang selalu membuatku meneteskan air mata setiap kali mengenangnya. Kenangan yang tak akan pernah terulang… yang membuat aku tersadar sesuatu, begitulah waktu… yang tak dapat kita kendalikan.

Suka atau tidak, waktu memang tak pernah ada di sisi kita, waktu milik semuanya.

Kenangan sekali seumur hidup dalam tangisan dan tawa yang betapapun aku meminta tak akan pernah dikembalikan dan dirasakan kembali. Ia telah berlalu… dan seringkali menciptakan rasa ngilu. Di ulu hati ini, yang terdalam, terselip diantara labirin-labirin terdalam… seperti hampa yang menganga mencari kemana jiwa dan isinya. Kenangan itu, mereka hanyalah pengisi waktu pada setengah jam kehidupanku. Kalian semua yang aku sayangi, kalian semua yang aku kasihi, dan kalian semua … semua. Yang akan selalu aku rindukan. Selama-lamanya kalian menempati ruang di dalam diri ini yang dikunci sampai akhir hayat nanti.

Rasanya sepi, berbeda dengan pandangan sebelum aku mengedipkan mata ini, ingin sekali terjaga tanpa berkedip andai aku bisa dan aku mampu. Hening… kehidupanku, usia 20ku telah berlalu jauh. Ku tapaki sejenak kehidupan baru yang akan menjembatani masa remaja menjadi masa muda. Aku tak remaja lagi. Kini aku menjadi seorang wanita yang memiliki tanggung jawab akan pekerjaannya. Ingin sekali masih menangis, tetapi aku tahu aku harus berlari. Aku berusaha menikmati masa peralihan ini. Sedihnya, kelunya, perihnya, dan semua rasa yang ada di dalamnya, hingga kelak suatu saat nanti aku berhasil naik tangga pada kehidupan yang selanjutnya aku tak lagi menyesali masa yang telah pergi. Tak ada gunanya terus bertahan menjadi manusia yang ingin memperlambat waktu dan mempercepat waktu. Yang ada hanyalah syukuri kehidupanmu pada waktumu sekarang ini… karena pada akhirnya waktu sekarang ini juga akan berlalu seperti apa yang kau sesali, dan masihkah ingin bertahan sebagai penyesal waktu ?

pagi selalu menawarkan hal baru, pagi selalu menawarkan cerita baru. sampai kapan harus tidak menyadari cerita-cerita yang seharusnya dinikmati disimpan untuk disesalkan di kemudian hari ?