Kesepian ini menyisir malam tanpa henti. menyapu apa yang bisa dilarung dalam sanubari.
Kalau saja harus ada yang lain di hubungan kami, seharusnya itu salah saya.
Memang semua yang terjadi hanya saya yang bersalah.
Kamulah yang paling benar dan terang. Bak bintang.
Hari-hari saya dipeluhi kesepian yang basah menguncur.
Saya sendirian menunggu.
Kamu tidak perlu cepat-cepat tersadar.
Biar prosesnya lama. Proses yang harus dinikmati itu saat kita lagi nyiksa, bukan disiksa.
Tidak usah repot membayangkan bagaimana jika kamu jadi saya.
Tidak usah juga membayangkan gimana getirnya kesepian yang melanda saya.
Kamu bahagia saja duduk di atas sana, teman-teman mengelilingi canda tawa.
Ini salah saya, saya tidak punya teman kan karena saya milih ngabdi sama kamu.
Jadi ya buat apa kamu tanggung jawab atas pilihan yang saya ambil dengan sadar ?
Kalaupun sisa hidup saya harus termakan dengan keacuhan,
Tapi itu sudah benar, hidup kamu tetep harus jalan. Kamu harus tetep kuat tidak sadar kalau nyakitin seseorang. Pakailah kesadaranmu untuk hal yang lebih berharga.
Hari ini ada yang bilang mau nelfon… saya nunggu sampai malam larut.
Tidak apa-apa, cinta memang tak butuh pengorbanan, wajar kalau kamu lupa, kamu butuh istirahat yang cukup untuk menyongsong kebahagiaanmu esok.
Lupakan saja orang yang bilang lelaki sejati tak akan mengingkari ucapannya, sampai kucing nggelar hajatpun itu cuman pepatah.
Seminggu ini saya sakit-sakitan. Pengen diperhatikan itu wajar, tapi pedihnya saya pengennya kamu yang memerhatikan. Tapi kamu kok acuhnya demikian.
Tapi tidak mengapa… tidak usahlah perhatikan babu kaya saya, kamu rangkai saja cita-cita hidupmu. Yang penting, jangan sampai besok kamu tidak bahagia ya.
Ketika saya berpergian, saya berusaha selalu menghubungi kamu. Tapi kadang kamu tidak merasa kuatir sama sekali ya, tetap saya yang diacuhkan.
Ketika kamu berpergian, saya berusaha selalu menghubungi kamu. Tapi kamu selalu membentak saya dan berkata “jangan ganggu saya”.
Saya salah lagi…
Maaf babumu ini sering salah ya, tugas saya cuman untuk berharap kamu khawatir dan benar-benar khawatir saat kamu tak ada.
Acuhkan saya babumu ini, waktumu sudah tersita banyak untuk kehidupanmu yang penting dan sangat bahagia itu… jadi tak perlulah kamu memikirkan orang yang mempersulit hidupmu macam saya.
Kadang, saya itu capek, jadi saya lepasin badan saya satu-satu… biar darahnya kalau mengucur ya semakin leluasa derasnya.
Biar kalau ada rasa yang sakit ya biar sakit semuanya, kalau semakin sakit kata orang lama-lama bakal mati rasa.
Mas… yang katanya pengen jadi suami saya.
Saya tahu kok iming-iming itu ya cuma iming-iming, kamu pantesnya dapat yang sesama sederajat. Bukan kaya saya… yang bisanya cuma ngeluh, tidak bisa bersyukur kamu sudah berusaha mati-matian buat membahagiakan diri kamu sendiri, biar kalau orang lihat… betapa bahagianya kamu dengan saya. Yang penting kan kesebut.
Bahagia selalu ya, jangan sampai kamu ingat ada wanita yang dari ia utuh sampai ia hancur ada di samping kamu.
Bahagia selalu ya, jangan sampai kamu ingat ada wanita yang tetap menunggu kamu dari kebosanan beberapa bulan lalu.
Bahagia selalu ya, jangan sampai kamu ingat ada wanita yang mandiri mengusap air matanya demi melihat kamu tertawa.
Bahagia selalu ya, jangan sampai kamu ingat wanita itu selalu berusaha baik-baik saja saat kamu melupakan janjimu.
Bahagia selalu ya, karena setulusnya yang wanita itu mau hanya kebahagiaanmu.
Apa wanita itu masih pantas disebut wanita ? dia hanya babu.
Kalau tidak salah, sejarah merekam kedatangannya dulu dengan paras jelita dan penuh tawa. Seseorang yang memang memiliki luka karena ayahnya. Sampai suatu ketika ia menitipkan hatinya pada seorang lelaki, ia menceritakan segala luka kecilnya dan berharap lelaki itu akan menjaga hatinya untuk tidak dilukai lagi oleh orang lain.
Ya, benar saja… tak lain bukan orang lain. Tapi ia sendiri yang melakukannya.
Kini sejarah kembali merekam. Wanita itu lingsut seperti nenek tua, setiap hari duduk dalam kesepian, memekik tangisan dalam, begitupun… ia masih harus menarik ujung-ujung bibirnya agar tersenyum. Karena senyum adalah lambang keikhlasan.
Saya hanya berharap. Suatu saat nanti, saya akan dicintai sebesar saya mencintai. Tak ada kata lagi selain hal itu.
Jika benar kata mereka saya ini hanya babu yang merangkap menjadi sapi perahnya, sayapun tak apa-apa. Setidaknya saya bermanfaat bagi sesama.
Hai lelaki yang teramat baik.
Terimakasih untuk kebahagiaan ini. Saya bahagia sekali. Tetapi tolong sesekali tengoklah kebahagiaan saya dan periksalah benarkah itu suatu kebahagiaan.
Sudilah dirimu mengusir saya, karena budak yang baik takkan kabur dari tuanya.
Sudah larut malam ya, harusnya saya segera tidur. Barangkali besok kamu mencari saya dan butuh bantuan saya. Sebagai babu yang baik saya harus siap sedia dengan lapang dada.
saya tidak sedang putus asa, saya sedang sangat bahagia.
Lebih dari itu, besok saya harus lebih kuat menarik ujung bibir saya. Saya harus tetap hidup. Saya harus menyeka air mata saya malam ini. Karena saya yakin kamu terbangun tanpa luka seperti saya, dan kamu pasti akan berbahagia besok. Saya siap menyimaknya.
23.55 WIB. My room.